TEORI
AKOMODASI KOMUNIKASI
Teori ini
dikemukakan oleh Howard Giles dan koleganya, teori ini berkaitan dengan
penyesuaian interpersonal dalam interaksi komunikasi. Hal ini didasarkan pada
observasi bahwa komunikator sering kelihatan menirukan perilaku satu sama lain.
Teori
akomodasi komunikasi berawal pada tahun 1973, ketika Giles pertama kali
memperkenalkan pemikiran mengenai model ”mobilitas aksen” Yang didasarkan pada
berbagai aksen yang dapat didengar dalam situaisi wawancara. Teori akomodasi
didapatkan dari sebuah penelitian yang awalnya dilakukan dalam bidang ilmu
lain, dalam hal ini psikologi sosial. (West dan Lynn Turner, 2007: 217)
Akomodasi
didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan, memodifikasi atau mengatur
perilaku seseorang dalam responnya terhadap orang lain. Akomodasi biasanya
dilakukan secara tidak sadar. Kita cenderung memiliki naskah kognitif internal
yang kita gunakan ketika kita berbicara dengan orang lain. (West dan Lynn
Turner, 2007: 217)
Asumsi-Asumsi
Teori Akomodasi Komunikasi
Mengingat
bahwa akomodasi dipengaruhi oleh beberapa keadan personal, situasional dan
budaya maka dapat diidentifikasikan empat asumsi berikut ini:
·
Persamaan
dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat didalam semua percakapan.
Pengalaman-pengalaman dan latar belakang yang bervariasi
akan menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasi orang lain.semakin mirip
sikapdan keyakinan kita dengan orang lain,makin kita tertarik kepada dan
mengakomodasi orang lain tersebut.
·
Cara
dimana kita mempersepsikan tuturan dan perilaku orang lainakan menentukan
bagaiman kita mengevaluasi sebuah percakapan.
Akomodassi komunikasi adalah teori
yang mementingkan bagaimana orang mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang
terjadi dalam sebuah percakapan. Persepsi adalah proses memerhatikan dan
menginterpretasikan pesan, dan evaluasi merupakan proses menilai percakapan.
Orang pertamakali mempersepsikan apa yang terjadi dalam percakapan sebelum
mereka memutuskan bagaiman mereka akan berperilaku dalam percakapan.
·
Bahasa
dan perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan keanggotaan
kelompok.
Asumsi ketiga ini berkaitan dengan
dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain.secara khusus,bahasa memiliki kemampuan
untuk mengkomunikasikan status dan keanggotaan kelompok diantara para
komunikator dalam sebuah percakapan.
·
Akomodasi
bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma mengarahkan proses akomodasi.
Norma
telah terbukti memainkan peranan dalam teori giles, norma adalah harapan
mengenai perilaku yang dirasa seseorang harus atau tidak harus terjadi didalam
percakapan. Norma pada umumnya orang yang lebih muda harus meurut pada orang
yang lebih muda mengidindikasikan bahwa orang yang lebih bawah akan lebih mengakomodasi percakapan.
Cara
Beradaptasi
Teori
akomodasi menyatakan bahwa dalam percakapan orang memiliki pilihan. Mereka
mungkin menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan penggunaan bahasa atau
sistem nonverbal yang sama, mereka mungkin akan membedakan diri mereka dari
orang lain, dan mereka akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi.
Pilihan-pilihan ini akan diberi label konvergensi, divergensi, dan akomodasi
berlebihan.
Proses pertama yang dihubungkan dengan teori akomodasi adalah konvergensi. Jesse Delia, Nikolas Coupland, dan Justin Coupland dalam West dan Lynn Turner (2007:222) mendefinisikan konvergensi sebagai ”strategi dimana individu beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain”. Orang akan beradaptasi terhadap kecepatan bicara, jeda, senyuman, tatapan mata, perilaku verbal dan nonverbal lainnya. Ketika orang melakukan konvergensi, mereka bergantung pada persepsi mereka mengenai tuturan atau perilaku orang lainnya. Selain persepsi mengenai komunikasi orang lain, konvergensi juga didasarkan pada ketertarikan. Biasanya, ketika para komunikator saling tertarik, mereka akan melakukan konvergensi dalam percakapan.
Proses
kedua yang dihubungkan dengan teori akomodasi adalah divergensi yaitu strategi
yang digunakan untuk menonjolkan perbedaan verbal dan nonverbal di antara para
komunikator. Divergensi terjadi ketika tidak terdapat usaha untuk menunjukkan
persamaan antara para pembicara.
Terdapat
beberapa alasan mengapa orang melakukan divergensi, pertama untuk
mempertahankan identitas sosial. Contoh, individu mungkin tidak ingin melakukan
konvergensi dalam rangka mempertahankan warisan budaya mereka. Contoh, ketika
kita sedang bepergian ke Paris, kita tidak mungkin mengharapkan orang Prancis
agar melakukan konvergensi terhadap bahasa kita. Alasan kedua mengapa orang
lain melakukan divergensi adalah berkaitan dengan kekuasaan dan perbedaan
peranan dalam percakapan. Divergensi seringkali terjadi dalam percakapan ketika
terdapat perbedaan peranan yang jelas dalam percakapan (dokter-pasien,
orangtua-anak, pewawancara-terwawancara, dan seterusnya. Terakhir, divergensi
cenderung terjadi karena lawan bicara dalam percakapan dipandang sebagai
anggota dari kelompok yang tidak diinginkan, dianggap memiliki sikap-sikap yang
tidak menyenangkan, atau menunjukkan penampilan yang jelek.
Proses
ketiga yang dapat dihubungkan dengan teori akomodasi adalah Akomodasi
Berlebihan : Miskomunikasi dengan tujuan. Jane Zuengler (1991) dan West dan
Lynn Turner (2007: 227) mengamati bahwa akomodasi berlebihan adalah ”label yang
diberikan kepada pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan.” istilah
ini diberikan kepada orang yang walaupun bertindak berdasarkan pada niat baik,
malah dianggap merendahkan.
DAKWAH
Pengertian
Dakwah
Secara bahasa kata dakwah berasal dari bahasa Arab
yaitu da’aa, yad’u, da’watan yang artinya menyeru, memanggil, mengajak menjamu.
Sedangkan menurut istilah
dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim mau pun non-muslim,
dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui
penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa
hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat.
Unsur-Unsur
Dakwah
a.Da'i (pelaku dakwah)yang
dimaksud da'i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan
ataupun perbuatan dan baik secara individu,kelompok atau berbentuk organisasi
atau lembaga.
b. Mad'u (Mitra Dakwah)
atau penerima dakwah Mad'u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau
manusia penerima dakwah, baik secara individu maupun kelompok,baik manusia yang
yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain manusia secara
keseluruhan.
c. Maddah ( Materi
Dakwah )Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang diberikan da'I
kepada mad'u
.d. Wasilah ( Media
Dakwah )yang dimaksud media dakwah yaitu alat yang dipergunakanuntuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam kepada mad'u)
Metode
dakwah
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ
ضَلَّ
عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl/16: 125)
Al-Qur`an
membimbing Rasulullah shallâllah ’alayhi wa sallam dalam melaksanakan
missi beliau, mengajak kepada Allah dengan cara-cara yang elegan dan
bermartabat. Ada tiga metode yang di ajarkan oleh surat an-nahl ayat 125
1.Metodologi Dakwah Bilhikmah
Menghadapi
mereka yang terdidik dengan baik, cendekiawan, intelektual dan pemikir;
Al-Qur`an menawarkan metodologi yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka,
yakni dengan hikmah, pemikiran yang mendalam, logika yang tertib, dan
argumentasi yang qath’i.
2.Metodologi Dakwah Bil Mauidhoh Hasanah
Sebaliknya, ketika menghadapi orang kebanyakan dengan
tingkat pendidikan yang menengah; Al-Qur`an menawarkan metodologi yang sesuai
dengan tingkat pendidikan mereka, yakni dengan metodologi al-maw’izhah
al-hasanah, nasihat atau pelajaran yang baik. Dengan ungkapan, pilihan
kata, kalimat dan bahasa yang komunikatif dan mudah diterima, tetapi menyentuh
kalbu dan meyakinkan mereka untuk mengamalkan Islam dengan istiqamah hingga
akhir hayat.
3.Metodologi Dakwah dengan Mujâdalah
Sementara itu
pada bagian ketiga, ketika menghadapi kelompok yang menolak ajaran Islam,
menodai kesucian Al-Qur`an dan simbol-simbol keagungan Islam, serta berusaha
memutar balikan kebenaran Islam; kaum Muslimin diharapkan dapat menghadapi
mereka dengan metodologi mujâdalah, diskusi, pertukaran pemikiran dan
debat dengan cara yang lebih berkualitas dan lebih beretika.
Korelasi Anatara Teori Akomodasi
Komunikasi Dengan Kegiatan Dakwah
Teori ini
berkaitan dengan penyesuaian interpersonal dalam interaksi komunikasi, dan kemampuan menyesuaikan, memodifikasi atau
mengatur perilaku seseorang dalam responnya terhadap orang lain. Kaitannya
teori ini dengan proses dakwah bisa
dilihat dari ketika seorang da’i atau penceramah menyesuaikan apa yang ingin di
sampaikannya kepada mad’u, dai harus tahu situasi, kondisi dan identitas
seorang mad’u sehingga ia dapat dengan mudah memodifikasi pembicaraan dalam hal
ini isi pesan yang akan di sampaikan (metode dakwah apa yang akan di gunakan),
contohnya da’i dari suku jawa berdakwah di daerah jawa dia akan memodifikasi
bahasa, logat, tingkah laku, dengan model ala jawa agar penyampaian dakwah
dapat dipahami dengan baik oleh orang jawa. Lain lagi ketika dai tersebut di
undang ceramah ke daerah lain yang beda budaya misalkan Jakarta dia akan
berusaha mengakomodasi isi pesannya dengan menggunakan bahasa Indonesia, karena
orang Jakarta tak mengerti bahasa jawa. Itu contoh akomodasi yang di pengaruhi oleh budaya.
Contoh
lainnya tentang akomodasi yang di pengaruhi oleh keadaan personal atau
situasional, Da’i dalam menyampaikan dakwah harus melihat keadaan para
mad’unya, jika mad’unya dari kalangan ibu-ibu, dai mengakomodasi sikap yang
pantas dilakukan pada ibu-ibu dan isi pesannya pun di sesuaikan dengan
psikologi seorang ibu-ibu, menyesuiakan tema yang berhubungan dengan ibu-ibu
seperti peran wanita dalam islam, menjadi istri dan ibu yang sholehah,cerita
tentang istri-istri para nabi dan lain sebaigainya.
jika ceramah
di sampaikan kepada para remaja akomodasi yang dilakukan da’i juga menyesuaikan
pada kondisi remaja, tema isi dakwah di sesuiakan dengan apa yang dibutuhkan
remaja, contoh-contoh yang diambilnya, dan gaya penyampaiannya juga lebih
logis,
akomodasi
yang dilakukan da’i kepada mad’u ini lebih berkaitan dengan metode dakwah yang
dijelasakan pada surat an-nahl ayat 125.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar